Apa hubungannya detoks dengan puasa? “Jika kita berpuasa, bahan makanan praktis akan berhenti masuk ke dalam tubuh dan aliran darah selama sekitar 14 jam. Dengan demikian, sel-sel tubuh ini diberi kesempatan untuk metabolisme serta membuang zat-zat yang tidak berguna dan berbahaya dari tubuh kita," ujar Dr Samuel Oetoro, M S. SpGK, konsultan kesehatan dari Siloam Hospitals.
Ketika manusia mengisi tubuhnya dengan makanan yang buruk ke dalam tubuh, tubuh perlu diistirahatkan. Di sinilah pentingnya fungsi puasa, yaitu untuk mengistirahatkan sementara sel-sel dari segala jenis makanan dan mengubah fungsinya untuk memetabolisme zat-zat di dalam tubuh. Oleh karena itu, kata Samuel, tak heran jika puasa sering kali berefek sebagai detoksifikasi.
Akan tetapi, detoksifikasi dengan jalan puasa akan sia-sia saat berbuka puasa dan sahur mengonsumsi makanan yang tidak memenuhi kandungan gizi seimbang, atau makan seenaknya saja tanpa memerhatikan nilai gizinya. Itu sama saja dengan memasukkan zat-zat tak berguna ke dalam tubuh setelah berpuasa seharian.
Oleh karena itu, Samuel memberi saran agar orang yang berpuasa dapat mengatur porsi makannya di saat sahur dan berbuka puasa. "Gampangnya, pada saat sahur makanlah sebanyak 40 persen dari porsi total makan sehari-hari kita, lalu 50 persen pada saat berbuka, dan 10 persen lagi menjelang tidur. Fungsinya agar kita tetap memiliki cadangan makanan untuk esok harinya."
Perhitungan ini, kata Samuel, agar orang yang memiliki berat badan ideal akan tetap memiliki berat badan yang sama setelah menjalani puasa selama sebulan. "Sebab, pada dasarnya manusia tidak mengurangi aktivitasnya selama ia berpuasa. Apalagi bagi mereka yang aktivitasnya banyak, tetap memerlukan bahan makanan sebagai tenaga untuk menjalani aktivitasnya. Jadi, seharusnya makannya sama dengan kebiasaaan sehari-hari. Hanya jadwal makannya saja yang diubah."
Menurut Samuel, perhitungan persentase makan saat sahur, buka, dan menjelang tidur haruslah memenuhi syarat gizi seimbang. Dengan kata lain harus ada karbohidrat, protein, lemak yang baik, serta cukup buah-buahan dan sayuran (makanan berserat).
"Yang terbaik adalah mengatur makanannya dan tetap dengan gaya makan yang sehat, memenuhi gizi seimbang, bebas kolesterol, mengurangi goreng-gorengan, makanan bersantan, dan kuning telur yang mengandung lemak yang buruk. Perbanyaklah makan sayuran, buah-buahan, ikan, daging ayam tanpa kulit. Kalau bisa hindari makan daging merah, seperti kambing atau sapi."
Intan Y. Septiani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar