Sebagian orang menyebut konflik sebagai bumbu penyedap perkawinan atau hubungan asmara wanita dan pria. Meski tidak jarang menjadi sumber ‘penyakit’ yang kadang dapat memutuskan perkawinan atau hubungan itu sendiri.
Seorang profesor psikologi dari University of Washington di Seattle, John Gottman PhD, khusus meneliti tentang pola hubungan wanita dan pria. Dari penelitiannya disimpulkan bahwa pasangan yang memiliki pola hubungan yang bahagia dan stabil, ternyata tahu persis bagaimana mengatasi dan menyelesaikan konflik yang terjadi di antara mereka.
Lima cara efektif yang dapat dipraktekkan untuk mengatasi konflik itu adalah:
1. Niat positif
Konflik baru dapat diselesaikan jika masing-masing pasangan memang berniat untuk menyelesaikannya. Pernyataan-pernyataan seperti “Saya sangat sedih”, “Ayo kita mulai hubungan yang lebih baru” atau “Tolong dengarkan dulu saya,” merupakan pernyataan yang mengarah ke hal-hal positif, yang akan membawa perbaikan.
2. Saling mempengaruhi kebaikan
Menurut Gottman, dalam hubungan yang sehat terjadi pertukaran pengaruh kebiasaan yang seimbang antara satu dengan yang lain. Biasanya jika salah satu menerima dengan baik pengaruh tersebut, maka pasangan yang lain akan juga menerima kebiasaan-kebiasaan pasangannya.
3. Gunakan cara yang lembut
Mulailah mengatasi konflik dengan pertanyaan yang dilontarkan dengan nada rendah, tanpa tersulut emosi. Utarakan keluhan tanpa bernada mengkritik. Kritikan yang dilontarkan secara tajam selalu mengarah pada perilaku menyalahkan pasangan, yang tentu saja akan berbuntut pada mekanisme pertahanan diri, bukan introspeksi untuk menyelesaikan konflik tersebut.
4. Sisipkan humor
Meski terdengar tidak masuk akal, hal sulit kadang berbuah keberhasilan. Dengan latihan untuk menenangkan diri sendiri, hal ini dapat dilakukan dengan mudah. Menyisipkan kata-kata humor atau mengecup pipi pasangan, dapat dipastikan akan membuat suasana panas menjadi sedikit ‘adem’.
5. Beralih sejenak, lalu perbaiki
Dalam mengatasi konflik, tak jarang salah seorang terus menyerang dengan kata-kata yang makin memperkeruh konflik. Bahkan dapat merambat ke hal-hal yang sulit diterima akal sehat. Padahal konfliknya sendiri belum tentu separah yang dikira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar