Jumat, 23 Mei 2008

ISLAM DAN VISI KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN

by : Haeran, SS
Jambi, 23 Mei 2008

Situasi manusia di zaman modern menjadi penting untuk dibicarakan, mengingat kehidupan manusia dewasa ini menghadapi bermacam-macam persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan dengan segera. Sebagian masyarakat merasa cemas tentang eksistensi peradaban manusia itu sendiri. Ia merasa bahwa problema di dunia modern justru disebabkan oleh perkembangan sains dan teknolgi yang diciptakan manusia. Dibalik kemajuan dan perkembangan itu telah menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia. Umat manusia telah berhasil mengorkanisasikan ekonomi, manata sturktur politik serta membangun peradaban yang maju. Tapi pada saat yang sama manusia terbelenggu dan telah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya.
Sejak manusia memasuki abad modern, yaitu membebasan diri dari mito-mitos dan dari pemikiran bahwa manusia tidak dapat menentukan kehidupan sendiri, karena nasibnya telah dikuasai oleh para dewa, manusia telah mampu membebaskan diri dari pemikiran irasional dan belenggu hukum alam yang sangat mengikat kebebasan manusia menuju pemikiran rasional. Tapi ternyata manusia modern tidak dapat melepaslan diri dari jenis belenggu lain, yaitu penyembahan kepada diri sendiri.
Manusia modern dalam paham “Humanisme” yang memfigurkan manusia sebagai titik pusat alam yang bergerak ke arah pengukuhan manusia sebagai superman. Manusia merasa dirinya unggul, karena penemuan sains dan teknologi melalui otaknya. Manusia modern semakin berambisi untuk menaklukkan alam. Mereka beranggapan bahwa alam sebagai objek yang harus dimanfaatkan semaksimalnya untuk kepentingan hidup manusia tanpa ada rasa tanggung jawab sedikitpun. Akibatnya yang disaksikan sekarang ini ialah kemarahan alam balik memukul manusia dalam bentuk banjir, kekeringan yang berkepanjangan, pencemaran lingkungan (udara dan air), serta krisi energi.
Dalam konteks masyarakat modern, walaupun upaya yang dilakukan dengan mempergunakan berbagai metoda dan pendekatan untuk menanggulanginya, ternyata belum bisa diatasi dengan tuntas, karena memang ilmu pengetahuan yang dikembangkan kering dari nila-nilai spiritual, hanya berangkat dari paham humanisme, yakni sekularisme sebagai upaya pembebasan diri dari mitologi. Namun pada gilirannya menimbulkan visi baru. Revolusi ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan dengan semangat non agama menghasilkan faham bahwa ilmu pengetahuan secara inheren bersifat bebas nilai.
Manusia modern juga melahirkan dimensi baru karena menganggap realitas kehidupan ini cuma materi.. Mereka memfokuskan perhatian kepada materi sebagai titik tumpuan. Masyarakat begitu tertarik kepada propaganda kaum materialis yang menawarkan potensi materi dalam bentuk kehidupan. Alat-alat produksi baru dihasilkan teknologi modern yang sesungguhnya diciptakan untuk membebaskan mansia dari kerja ternyata menjadi alat perbudakan baru. Produksi baru yang dihasilkan teknologi dengan proses mekanisasi, otomatisasi, dan stanadarisasi, ternyata menyebabkan manusia yang semula merdeka dan menjadi pusat dari segala sesuatu, kini diturunkan derajatnya menjadi tak lebih sebagai bagian dari mesin. Karena proses inilah, maka pandangan tentang manusia menjadi tereduksi. Nilai manusia kini terdegradasi oleh proses kerja teknologi.
Akibat dari semua itu muncullah prilaku tak bertuhan (Atheisme), yang pandangan hidupnya tidak mengakui tuhan secara konsepsional, karena tuhan tidak dapat ditangkap dengan indra dan tidak dapat dirasakan langsung dalam bentuk pengalaman. Tuhan hanya hadir dalam pikiran dan tidak hadir dalam tindakan. Disamping konsepsional, atheisme juga muncul dalam pola prilaku yang nyata. Artinya, namusia begitu sibuk mencari materi, ia tidak punya waktu sedikitpun untuk merenungkan kemahakuasaan Tuhan, tidak lagi menghayati makna ketuhanan, apalagi untuk mengamalkannya. Atheisme semacam itu begitu banyak muncul dalam struktur masyarakat di abad ini, hanya saja manusia tidak begitu merasa, karena ia dibalut degan sistem-sistem kehidupan yang merangsang selera, yang mengandung kebutuhan dan kesempatan untuk hanya meraih kualitas duniawi. Masyarakat telah terjebak oleh format budaya yang materialis, hanya mengejar target duniawi yang glamour, dan hanya mengikuti irama kehidupa yang eksklusif. Ironisnya, manusia modern tidak punya waktu dan kesempatan berdialog dengan Tuhannya. Mereka mengalihkan fitrah bertuhan kepada nilai-nilai semu.
Bagaimana menyikapi semua itu dalam konsepsi Islam? Di dalam Islam, manusia digambarkan sebagai mahkluk merdeka. Akibat dari kemerdekaannya, manusia menduduki tempat terhormat. Dalam banyak ayat dari Al-qur’an, diserukan kepada manusia untuk menemukan esensi dirinya, memikirkan eksistensinya dan akan nilai kemanusiaannya, posisi manusia dalam Islam sangat penting.begitu pentingnya sehingga Allah memberinya tugas selaku khalifanya diatas bumi. (QS:33 : 72)
Dalam Islam tujuan hidup manusia jelas, segala aktivitasnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya dipersembahkan hanya untuk Allah semata. Manusia muslim tidak pernah terjerat ke dalam nila-nilai palsu atau hal-hal tanpa nilai, sehingga tidak pernah mengejar kekayaan materi, kekuasan dan kesenagan hidup sebagai tujuan. Sebaliknya, mencari materi dan kehidupan dunia hanya sarana untuk mencapai keridaan Allah. Menurut ajaran Islam, aktulisasi diri manusia hanya dapat terwujud dengan sempurna dalam pengaddian kepada penciptanya. Sebagai manusia, hanya diperbolehkan mempunyai hubungan pengabdian kepada Allah Sang Khalik. Konsepsi ini menghendaki agar manusia muslim hanya melakukan penyembahan kepada penciptanya, bukan kepada sembahan –sembahan palsu buatan manusia.
Islam tidak mengenal adanya kompartementalisasi bidang kehidupan, pengembangan sains dan teknolgi merupakan bagian integral kehidupan seseo rang secara utuh, dan karena ilmu dan teknologi serta seluruh dimensi kehidupan lainnya terpadu dalam kehidupan tauhid.. Manyusia muslim diharuskan mengembangkan sains dan teknologi, karena hal itu merupakan penopang kebahagian di dunia.Namun sains dan teknologi itu harus sesuai dengan ajaran Islam.
Islam sebagai agama wahyu berfungsi sebagai rahmatan lil’alamin (QS:21:107), Maka sains dan teknologi yang dikembangkaan sarjana muslim adalah membawa rahmat bagi seluruh umat manusia, bukan menimbulkan bencana dan laknat. Ilmu dan tekologi dalam pandangan Islam adalah syarat nilai, segala aktivitas manusia tidak netral, tidak bebas nilai dan bukannya tanpa kendali. Ilmu dan teknologi boleh saja dikembangkan seoptimal mungkin selama tetap berlandaskan nilai-nilai moral yang jelas, dan untuk mencapai keridaan Allah. Dengan landasan demikian, maka kemajuan dan kejayaan di dunia ini dengan perangkat materialnya, tidak menjadikan manusia itu gelisah, kawatir, terlena atau menjadi ingkar. Karena cita-cita dalam Islam mengenai kemajuan sesungguhnya bersifat sepiritual.

Tidak ada komentar:

WELCOME


Tukaran Link Yook !!!!!

http://www.mardikurniawan.blogspot.com

Gabung di Komunitas Bloggger

Visit http://comments-friends.blogspot.com/ for more comments.
Pencarian melalui http://www.google.com
Google

Seberapa beratkah Blogmu ??

Web/Blogmu: Masukkan alamatnya, jika lebih dari 100 KB berarti blogmu loadingnya lama
Your domain(s): Enter each address on a new line (Maximum 10)
 
(contoh. mardikurniawan.blogspot.com)    
 

Powered by iWEBTOOL